Kamis, 11 Juni 2009

Forum 98 Minta Kunjungan SBY ke Tanah Karo Tidak Bersifat Politis

RENCANA kunjungan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) ke Kabupaten Tanah Karo pada akhir Agustus mendatang disambut baik. Namun SBY diingatkan untuk tulus dalam kunjungan itu dan tidak memiliki pamrih politik sedikitpun.

"Siapa sich yang enggak senang daerahnya dikunjungi Presiden RI ? Saya senang, Anda pun pasti senang. Dan kita semua yakin kalau masyarakat Tanah Karo berharap kedatangan Presiden. Tapi kalau terlalu sering SBY ke Sumut sejak 2006 lalu, maka bisa menimbulkan pertanyaan dari masyarakat," ujar tokoh Forum 98, Agus Arifin, didampingi Direktur Program Serikat Masyarakat Indonesia (SMI), Kris, kepada para wartawan di Medan, Minggu (27/7).
Agus, demikian ia biasa disapa, melihat daerah kunjungan SBY belakangan ini kental dengan aroma politis. Ketua Serikat Buruh Sumatera Utara (SBSU) ini lalu menunjuk kunjungan SBY ke Parapat dan Simalungun beberapa waktu lalu sebagai indikasi kentalnya aroma persaingan politik.

"Kalau ke Parapat mungkin bisa dimaklumi, karena memang itu adalah agenda tahunan, walau sebenarnya sangat jarang seorang presiden dari era masa lampau membuka atau menutup acara budaya masyarakat Batak Toba ini," ujarnya..
Forum 98 sendiri, kata Agus, sebagai wadah perjuangan bagi para mantan aktifis mahasiwa, rakyat, dan aktifis NGO yang pernah berjuang melawan rezim Soeharto di era Orde Baru lalu, melihat pemerintah saat ini tidak terlalu jauh dengan pemerintahan sebelumnya.

"Terlalu banyak seremoni dan kunjungan," ujarnya. Nah, bagaimana dengan kunjungan SBY ke Simalugun untuk panen padi? Direktur SMI, Kris, yang juga berafiliasi ke Forum 98 menilai sebenarnya kunjungan SBY tersebut juga bukan sebuah masalah.
Tapi ia menilai kemungkinan akan ada masyarakat atau kekuatan politik di luar pemerintah yang melihat kunjungan ke basis parpol oposisi itu sebagai kunjungan politis. "Beberapa waktu lalu kan PDI-P gencar menggiatkan pertanian organik dengan menggunakan bibit padi unggul yang mereka namakan MSP. Saya kuatir, ada pemaknaan politik yang lain dari aksi panen padi ala SBY itu," ucapnya.

Pengamat politik lulusan Universitas Sumatera Utara (USU) dan Universitas Indonesia (UI) yang kini berdomisili di Sumut, Dadang Dharmawan SSos MSi, melalui saluran telepon mengaku dapat memahami kegelisahan para aktifis Forum 98 tersebut.

"Karena itu, saya pikir dia (SBY -red) harus mampu berdiri di atas semua golongan dalam setiap kunjungannya," saran Dadang. Ia setuju kalau kunjungan SBY ke Tanah Karo -kalau jadi- tidak disertai embel-embel politik yang terkait erat dengan pemilu 2009.

"Kalau wacana politis itu yang lebih dominan, ini justru kontraproduktif bagi SBY. Masyarakat akan mengapresiasi kunjunga SBY itu dengan nada kritis dan minor," ujarnya. Apakah memang sedemikian kentalnya aroma politis dari setiap kunjungan SBY ke Sumut beberapa waktu terakhir ini, termasuk rencana ke Tanah Karo?

Mantan Ketua Badko HMI Sumut ini tidak menafikan hal tersebut. Ia menilai seperti menjadi sebuah keniscayaan kalau saat ini masyarakat memersepsikan kalau rivalitas antara SBY versus Megawati Soekarno Putri sudah sedemikian kencangnya.

"Sudah menjadi keniscayaan kalau nantinya juga di tahun 2009, SBY akan berhadapan dengan Megawati. Sangat mungkin ini terjadi. Dan tafsiran politik inilah yang selalu muncul dari nyaris setiap aktifitas politik kedua politikus nasional itu," tegas Dadang Dharmawan.

Berastagi adalah tujuan wisata utama di Tanah Karo yang terletak di ketinggian sekitar 4.594 kaki dari permukaan laut dan dikelilingi barisan gunung-gunung, memiliki udara yang sejuk dari hamparan perladangan pertaniannya yang indah, luas, hijau. Brastagi merupakan daerah tujuan wisata yang memiliki fasilitas lengkap di Tanah Karo, seperti hotel berbintang, restoran, golf dan lain-lain sampai kepada hotel yang tarifnya relatif dapat terjangkau. Brastagi juga dikenal dengan julukan kota “Markisa & Jeruk Manis”.

Dari kota “Markisa & Jeruk Manis” Brastagi, para pengunjung akan menikmati pemandangan yang indah ke arah pegunungan yang masih aktif, yaitu gunung Sibayak dan gunung Sinabung.Untuk mendaki gunung Sibayak diperlukan waktu lebih kurang 3 jam perjalanan dan kita bisa menikmati pemandangan yang indah di pegunungan tersebut atau perlu waktu 3 sampai 4 jam perjalanan di hutan untuk melihat kekayaan alam di dalamnya baik flora maupun fauna di sekitar hutan tersebut.

Selain buah-buahan, Brastagi juga terkenal sebagai penghasil berbagai jenis sayur-sayuran, buah-buahan dan bunga-bunga. Di kota Brastagi dilaksanakan beberapa peristiwa pariwisata antara lain “Pesta Bunga & Buah” dan festival kebudayaan “Pesta Mejuah-juah” yang diadakan setiap tahun. Tanah Karo juga memiliki tradisi yang telah turun temurun dilakukan yaitu “Kerja Tahun” yang diselenggarakan setiap tahun oleh orang-orang Karo yang tinggal di daerah tersebut ataupun yang sudah merantau datang kembali ke perkampungan yang memiliki hubungan keluarga untuk saling berkunjung dan bersilaturahmi.


Sipiso-Piso

Sipiso-piso terletak lebih kurang 24 km ke utara Kabanjahe menuju ke arah Danau Toba, merupakan air terjun yang terkenal dengan ketinggian lebih kurang 360 kaki sebelum mengalir ke Danau Toba. Daerah ini memiliki pemandangan yang indah seperti daerah Tao Silalahi yang berada di dekatnya dan terletak di bagian utara Danau Toba.

Ditemukan Mayat Wanita Hangus Diladang Kosong

Dekat Rumah Dukun AS

Foto078.jpg

>> ozie, binjai
Warga masyarakat Dusun Aman Damai KM 16 Diski, Kecamatan Medan Sunggal heboh karena menemukan sesosok mayat wanita tewas hangus terbakar di perladangan kosong milik Ibu Do, Rabu,(3/6) sekira pukul 11.30 Wib.Mayat pertamakali ditemukan oleh ibu Arief.
Penemuan mayat wanita tanpa identitas itu langsung dilaporkan warga masyarakat sekitar ke Polsek Sunggal. Mendapat info dari warga puluhan anggota reserse Polsek Sunggal turun ke tempat kejadian perkara (TKP) dengan dipimpin langsung Kapolsek Sunggal AKP Faisal Napitupulu untuk mengevaluasi mayat tersebut.
Saat ditemukan kondisi mayat tanpa identitas tersebut sangat menggenaskan. Sekujur kulit tubuhnya hangus terkelupas dan kulitnya berubah jadi berwarna hitam . Petugas polsek Sunggal di TKP menemukan sebuah plastik asoy diduga milik korban yang berisikan siri, dompet kecil dan botol agua kosong berbau minyak lampu.
Kapolsek Sunggal AKP Faisal Napitupulu ketika dikonfirmasi Ini MedanBung di TKP mengatakan masih melakukan penyidikan dengan mengumpulkan bukti-bukti ." Saksi yang pertama menemukan korban masih pingsan jadi belum bisa kita mintai keterangannya ,"kata AKP Faisal Napitupulu.
Beberapa warga masyarakat sekitar ketika coba diminta keterangan rata-rata mengatakan tidak tahu namun sumber ini mendapat informasi bahwa sebelum peristiwa itu terjadi ada warga masyarakat yang melihat korban membeli minyak lampu. Diperkirakan mayat wanita malang itu berusia sekitar 40 tahunan dan suka makan siri. ***

Tahura (Taman Hutan Raya Bukit Barisan)

Tahura Bukit Barisan merupakan Tahura ketiga di Indonesia yang ditetapkan oleh Presiden dengan Surat Keputusan Presiden R.I. No. 48 Tahun 1988 tanggal 19 Nopember 1988. Pembangunan Tahura ini sebagai upaya konservasi sumber daya alam dan pemanfaatan lingkungan melalui peningkatan fungsi dan peranan hutan.
Tahura Bukit Barisan adalah unit pengelolaan yang berintikan kawasan hutan lindung dan kawasan konservasi denga luas seluruhnya 51.600 Ha. Sebagian besar merupakan hutan lindung berupa hutan alam pegunungan yang ditetapkan sejak jaman Belanda, meliputi Hutan Lindung Sibayak I dan Simancik I, Hutan Lindung Sibayak II dan Simancik II serta Hutan Lindung Sinabung.
Bagian lain kawasan Tahura ini tersiri terdiri dari CA/TW. Sibolangit, SM. Langkat Selatan TW. Lau Debuk-debuk dan Bumi Perkemahan Pramuka Sibolangit.

FLORA DAN FAUNA
Kawasan hutan ini didominasi oleh jenis-jenis pohon pegunungan baik jenis lokal maupun yang berasal dari luar. Beberapa jenis tersebut antara lain : Pinus Merkusii, Altingia exelsa, Schima wallichii, Podocarpus sp, Toona surei dan jenis yang lain seperti Durian, Dadap, Rambutan, Pulai, Aren, Rotan, dan lain-lain.
Jenis tanaman yang berasal dari luar diantaranya : Pinus caribeae, pinus khasia, Pinus insularis, Eucalyptus sp, Agathis sp, dan lain-lain.
Beberapa fauna yang hidup di kawasan ini antara lain : monyet, harimau, siamang, babi hutan, ular, elang, kecil, rusa, treggiling, dan lain-lain.

WISATA
Sebagian dari Kawasan Tahura, terutama sekitar Tongkoh dan Brastagi telah berkembang menjadi salah satu daerah tujuan wisata yang penting di Sumatera Utara.
Faktor penunjang utama sebagai obyek wisata adalah udara yang sejuk, vegetasi alam yang baik dan pemandangan alam yang indah, sumber air dan danau Toba serta budaya yang memikat.
Disamping itu sarana prasarana juga cukup memadai, seperti : jalan raya dengan kondisi yang baik dan mulus yang menghubungkan sebagian besar kawasan Tahura, sarana akomodasi dan penginapan, lokasi perkemahan dan jalan setapak dibeberapa kawasan.
Bagi yang berminat didunia penelitian (research), Tahura Bukit Barisan juga dapat dijadikan gudang ilmu pengetahuan. Penelitian tidak terbatas pada bidang flora dan fauna saja tetapi juga mencakup bidang hidrologis serta sosial budaya.
Sarana akomodasi dan penginapan sudah tersebar disekitar, mulai dari Sibolangit sampai dengan Brantagi baik berupa penginapan sederhana maupun hotel berbintang taraf international. Sebagai jantung utama Tahura Bukit Barisan berada di Tongkoh.
Di Tongkoh ini telah disediakan fasilitas penginapan, ruangan primer, perpustakaan, restoran, panggung budaya, juga aktrasi tunggang gajah, serta sarana karantina satwa. Selain untuk wisata , lokasi Tongkoh juga cocok untuk kegiatan penelitian, olah raga misalnya Lintas Wisata Alam dsb.
Masyarakat yang bermukim disekitar Tahura Bukit Barisan terdiri dari suku Melayu, Karo, Aceh dan Batak. Mata pencarian penduduk utamanya adalah petani dan pekebun. Produksi utama sayur mayur adalah kol, buncis, wortel, sawi, buah-buahan seperti jeruk Tanah Karo sangatlah terkenal demikian pula buah markisa banyak dikebunkan disini dan dapat dinikmati rasanya dalam bentuk sirup markisa.
Pemerintah Daerah sangat berkenan dalam pengembangan budidaya ini, misalnya dalam pentas budaya, pameran buah dalam Festival Buah yang diselenggarakan tiap tahun dsb. Upaya pelestarian budaya, budaya juga dilakukan terhadap peninggalan rumah adat seperti di Lingga.
Kawasan Tahura Bukit Barisan memiliki dua buah Gunung yaitu Gunung Sibayak (2.211 m) dan Gunung Sinabung (2.451 m), gunung ini sering menjadi tantangan bagi para pendaki untuk menaklukkannya. Dianjurkan bila ingin mendaki gunung ini minta izin lebih dahulu kepada instansi yang berwenang, untuk persiapan segala sesuatu serta sangat diperlukan adanya pemandu keselamatan

Kampung Lingga

Kampung Lingga terletak di ketinggian sekitar 1.200 m dari permukaan laut, lebih kurang 15 km dari Brastagi. Lingga merupakan perkampungan Batak Karo yang unik, memiliki rumah-rumah adat yang diperkirakan berumur 250 tahun, tetapi kondisinya masih kokoh. Rumah tersebut dihuni oleh 5-6 keluarga yang masih memiliki hubungan kekerabatan. Rumah adat Karo ini tidak memiliki ruangan yang dipisahkan oleh pembatas berupa dinding kayu atau lainnya.

Objek wisata budaya terdapat di kampung Lingga lk 16 km ke arah selatan kota Brastagi. Sarana jalan cukup baik, dan transportasi umum tersedia. Kampung Lingga memiliki bangunan tradisional seperti: rumah adat, jambur, geriten, lesung, sapo page dan museum karo. Geriten, digunakan sebagai tempat penyimpanan kerangka mayat keluarga tertentu yang dianggap istimewa. Rumah adat karo mempunyai ciri serta bentuk yang sangat khusus, didalamnya terdapat ruangan yang besar dan tidak mempunyai kamar-kamar. Satu rumah dihuni 8 atau 10 keluarga. Rumah adat berupa rumah panggung, tingginya kira-kira 2 meter dari tanah yang ditopang oleh tiang, umumnya berjumlah 16 buah dari kayu ukuran besar.


Kolong rumah sering dimanfaatkan sebagai tempat menyimpan kayu dan sebagai kandang ternak. Rumah ini mempunyai dua buah pintu, satu menghadap ke barat dan satu lagi menghadap ke sebelah timur. Di depan masing-masing pintu terdapat serambi, dibuat dari bambu-bambu bulat (disebut ture). Ture ini digunakan untuk tempat bertenun, mengayam tikar atau pekerjaan lainnya. Atap rumah dibuat dari ijuk. Pada kedua ujung atapnya terdapat segitiga, disebut ayo-ayo. Pada puncak ayo-ayo terdapat tanduk atau kepala kerbau dengan posisi menunduk ke bawah. Selain itu Jambur ini digunakan sebagai tempat musyawarah, tempat mengadili orang-orang yang melanggar perintah raja dan adat yang berlaku.

Informasi Umum Tanah Karo

Tanah Karo merupakan dataran tinggi karo dgn ibukota Kabanjahe yang terletak 77 km dari kota Medan, ibukota Propinsi Sumatera Utara. Luas daerah Kabupaten Karo sekitar 2.127,25 kilometer persegi yang terbentang di dataran tinggi dengan ketinggian 600 sampai 1400 meter diatas permukaan laut. Karena berada diketinggian tersebut tanah Karo Simalem mempunyai iklim yang sejuk dengan suhu berkisar antara 16 sampai 17 derajat celcius.

Didataran tinggi Karo inilah bisa kita temukan indahnya nuansa alam pegunungan dgn udara yg sejuk dgn ciri khas daerah buah dan sayur. Di Daerah ini juga bisa kita nikmati keindahan Gunung berapi Sibayak dalam keadaan aktif berlokasi di atas ketinggian 2.172 meter dari permukaan laut. Arti Kata Sibayak adalah Raja. Berarti Gunung Sibayak adalah Gunung Raja menurut pengertian nenek moyang suku Karo.

Dilihat dari Geografi Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi Pegunungan Bukit Barisan dan merupakan daerah Hulu Sungai. Wilayah Kabupaten Karo adalah 2.127,25 kilometer persegi atau 212.725 Ha atau 2,97 persen dari luas Propinsi Daerah TIngkat I Sumatera Utara, dan secara geografis terletak diantara 2 derajat 50 menit Lintang Utara sampai 3 derajat 19 menit Lintang Utara dan 97 derakat 55 menit Bujur
Timur sampai dengan 98 derajat 38 menit Bujur Timur.

Batas-batas wilayah Kabupaten Karo adalah:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Deli Serdang
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Tapanuli Utara
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara (Propinsi Daerah Istimewa Aceh)

Kabupaten Karo terletak pada ketinggian 140 sampai dengan 1400
meter diatas permukaan laut dengan perbandingan luas sebagai berikut:
- Daerah ketinggian 140 sampai dengan 200 meter diatas permukaan laut seluas 9.550 Ha (4.49 %)
- Daerah ketinggian 200 sampai dengan 500 meter diatas permukaan laut seluas 11.373 Ha (5.35 %)
- Daerah ketinggian 500 sampai dengan 1000 meter diatas pemukaan laut seluas 79.215 Ha (37,24%)
- Daerah ketinggian 1000 sampai dengan 1400 meter dari permukaan laut seluar 112.587 Ha (52,92%)


  • Ibukota
Kabanjahe
  • Luas Wilayah
2.127,25 km ²
  • Letak
140 - 1,400 m di atas permukaan laut
  • Jumlah Penduduk
276.763
  • Kepadatan Penduduk
130 jiwa/km ²
  • PDRB/Kapita
US$ 491
  • Iklim
Tropis basah
Curah hujan 1.000 - 4.000 mm/tahun
Suhu udara 16°C - 27°C
Kelembaban udara 82%
  • Potensi
Komoditas sayur-mayur dan buah-buahan
Sumber daya hutan (kayu gergajian, log pinus, log rimba)
Sumber daya perkebunan (kopi, kemiri, kemenyan)
Sektor perikanan darat
Bahan galian C (dolomit dan belerang, batu, pasir)
Sektor pariwisata (pemandangan alam, udara yang sejuk, bukit-bukit)
  • Peluang
Industri pengolahan buah-buahan dan sayur-mayur
Investasi Industri hasil hutan (kayu lapis)
Pembangunan kawasan wisata, hotel dan restoran

Puluhan Wartawan di Medan Laporkan USU ke Polisi

Puluhan wartawan di Medan membuat pengaduan ke Poltabes Medan karena tuntutan mereka tidak digubris oleh manajemen Universitas Sumatera Utara (USU). Pengaduan itu terkait perlakuan Drs Wara Sinuhaji MHum yang diduga melakukan tindakan kekerasan dan intimidasi terhadap wartawan surat kabar Hadi Oki Chayadi usai melakukan aksi unjuk rasa di depan halaman kantor Rektorat USU.

Koordinator aksi Mulyadi Hutahaean dalam orasinya, Rabu, mengatakan, kekerasan dan intimidasi Wara Sinuhaji tidak bisa didiamkan namun aksi tersebut tidak digubris oleh rektorat USU. "Karena tidak digubris, kami akan bawa kasus ke polisi," katanya.

Dia menambahkan, niat baik para wartawan tidak direspon dengan baik oleh pihak rektorat sehingga wartawan kesal dan membawa kasus tersebut ke jalur hukum untuk diselesaikan. Peristiwa yang dialami Hadi terjadi ketika dia meliput kasus penangkapan peserta UMB SPMB yang kedapatan melakukan kecurangan di Kampus USU pada hari Sabtu,(6/6). Saat itu Hadi hendak mewawancarai pelaku tersebut.

Namun pelaku kecurangan UMB SPMB tersebut menuduh wartawan yang akan mewawancarainya melakukan pemukulan dan mengadu kepada Wara Sinuhaji, seorang Dosen USU sekaligus kepala satuan keamanan di Kampus USU.

Melihat situasi itu, Wara Sinuhaji spontan emosi sehingga melakukan tindakan kekerasan tanpa mengecek terlebih dahulu duduk persoalannya. Hadi Oki Chayadi di Medan, Rabu, mengatakan, sebelumnya ia dan teman-temannya datang ke USU untuk meminta klarifikasi dan pertanggungjawaban atas tindakan Wara Sinuhaji tersebut namun niat baik para wartawan tersebut tidak digubris oleh pihak USU. "Karena tak digubris, saya bawa kasus ini ke jalur hukum," ucapnya. Hadi kini melakukan visum dan membuat pengaduan ke Poltabes Medan.
Kecam Keras

Sementara itu, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) cabang Sumut, Muchyan AA, mengecam keras aksi kekerasan fisik dan intimidasi yang dilakukan WS, seorang dosen di Universitas Sumatera Utara (USU), kepada wartawan salah satu harian terbitan Medan, Hadi Oki Cahyadi, Sabtu (6/6). Kekerasan itu dilakukan WS saat wartawan tersebut sedang meliput tertangkapnya pelaku ujian UMB-SPMB yang diduga telah berbuat curang.


"Kami meminta Hadi Oki Cahyadi untuk segera membuat laporan ke aparat ke polisian atas penganiayaan tersebut. Sayang laporannya ini terlambat, kalau tidak, kan bisa segera dibuatkan visumnya," ucap Muchyan AA. ***

Sulit Diungkap, Pembunuh Anggota Polres Tanah Karo

Kapoldasu, Irjen Pol Nanan Soekarna melalui Kabid Humas Kombes Pol Baharudin Djafar mengakui, polisi kesulitan mengungkap kasus pembunuhan anggota Satuan Narkoba Polres Tanah Karo Bripka Hotmajon Matondang. Soalnya, terkait dengan persoalan narkoba.
"Belum. Sampai saat ini kasusnya masih dalam penyelidikan. Kita kesulitan mengungkap kasusnya karena berkaitan dengan narkoba," ujar Baharudin kepada wartawan di Mapoldasu,
Ketika didesak pembunuhan itu dilakukan karena korban ingin memberantas peredaran narkoba di wilayah hukum Polres Tanah, Baharudin tidak berani memutuskan. Baharudin juga berkilah ketika disebut pelaku pembunuhan korban diduga jaringan pengedar narkoba di Tanah Karo. "Masih dalam penyelidikan, kita tidak berani berandai-andai, biarkan polisi yang mengungkapnya," tutur Baharudin.

Seperti diberitakan sebelumnya, anggota Satuan Narkoba Polres Tanah Karo Bripka Hotmajon Matondang ditemukan tewas mengenaskan dan mengapung di aliran lokasi pemandian di Tanah Karo, beberapa waktu lalu. Hasil autopsi petugas Forensik RSU Pirngadi Medan menyebutkan, korban tewas akibat keningnya tertembus timah panas. Terkait penyelidikan kasus itu, pihak Polres Tanah Karo telah memeriksa sejumlah saksi, termasuk istri korban dan pengusaha cafe di Tanah Karo.


Awalnya, pembunuhan itu terjadi karena adanya dugaan perselingkuhan antara korban dengan istri pemilik cafe, namun dibantah pejabat Poldasu itu. ***

DPRDSU Desak Polisi Usut Kasus Bibit dan Pupuk Palsu di Tanah Karo

Anggota DPRDSU H Abdul Hakim Siagian SH.MHum mendesak aparat kepolisian mengusut kasus bibit dan pupuk palsu yang menyebabkan petani di Tanah Karo gagal panen. Pihak-pihak yang terlibat agar dikenakan sanksi hukum yang berart, sebab ulah sindikat mengedarkan bibit dan pupuk palsu membuar rakyat menderita kerugian.

“Persoalan bibit dan pupuk di Tanah Karo sudah sering terjadi namun tidak kunjung dituntaskan. Disinyalir ada sindikat ikut bermain dengan modus operandi sangat sistematis dan terorganisir”, kata anggota Komisi B DPRDSU itu kepada wartawan, Kamis (7/8) di gedung dewan terkait dengan petani di Karo gagal panen dan membabat tanaman padi 20 ha menggunakan bibit bantuan pemerintah.

Kalau diriview kembali, lanjut Hakim Siagian, problem yang dihadapi petani di Karo, masalah lahan, bibit, pupuk, obat-obatan, teknologi pertanian. Terpenting, tata niaga pertanian kerapkali ‘menjerat dan mencekik’ leher petani terutama terkait harga yang sulit dijangkau petani.
“Kasus gagalnya panen di Desa Batukarang Kecamatan Payung Kabupaten Karo, sehingga 20 ha tanaman padi dibabat, tidak terlepas dari adanya permainan bibit dan pupuk yang selama ini sudah menjadi penyakit kronis, yang akhirnya petani jadi bulan-bulanan,” ujar Hakim.
Dalam kasus ini, ujar wakil ketua FPAN ini, pihak kepolisian harusnya progresif dan agresif mengusut kasus-kasus petani yang jadi objek permainan oknum-oknum tertentu. Termasuk mafia bibit dan pupuk, karena persoalan pertanian ini bukan delik aduan, sehingga kepolisian tidak harus menunggu pengaduan, baru bergerak mengusutnya.

Menurut Hakim, problema pertanian di Karo ini dapat diatasi meski sudah menjadi benang kusut, dengan cara menangani secara bersama-sama instansi terkait terutama ditingkat pimpinan kabupaten dan propinsi. Tapi kebanyakan penuntasan problema ini hanya sebatas janji.
Untuk itu, Caleg DPR-RI dapem Sumut III yang masih komit memperjuangkan kepentingan petani ini mengusulkan beberapa solusi mengatasi persoalan pertanian di Karo. Diantaranya melalui Dinas Pertanian segera menerbitkan pupuk brosur, atau buku pintar yang jadi jawaban terhadap problem bibit, pupuk dan ketergantungan dengan alternatif menggunakan pupuk anorganik.
Kemudian mendesak Gubsu mengeluarkan keputusan realokasi pupuk yang ada di gudang didistribusikan kepada petani yang membutuhkan. Meningkatkan pengawasan dan penindakan atas praktik permainan pada sektor bibit terutama pupuk baik itu pemalsuan, penimbunan dan praktik kejahatan lain terhadap pupuk.

Hakim juga mendesak pemerintah daerah dan Pempropsu meneliti kembali pupuk untuk bersubsidi agar pemerintah pusat mengalokasi sesuai kebutuhan, karena yang terjadi saat ini, kebutuhan pupuk subsidi hanya mampu dipenuhi tak sampai ½ dari usulan dan kekurangannya digantungkan pada pupuk non subsidi, sehingga menimbulkan problema besar, karena harganya sulit dijangkau petani.
Diusulkan juga, agar pemerintah pusat harus menyusun kembali program pertanian dengan mengalokasikan anggaran yang proporsional, memberi protecksi dan subsidi kepada petani, karena status mereka sedang sulit yang dihadapkan pada pasar bebas yang identik dengan pembunuhan terhadap rakyat disektor pertanian, peternakan, perikanan, nelayan dan pedagang. ***