Tidak jarang terdengar bahwa Tanah Karo Simalem juga merupakan “sarangnya” bunga. Mengapa para kolektor bunga kerap mencari bunga-bunga ke sana. Siapa pula menyangka di perbukitan Gunung Sibayak dan Sinabung tumbuh aneka bunga yang tak kalah menawan. “Kantung Semar Sinabung” dan “Kantung Semar Sibayak” misalnya. Kedua jenis ini berbeda dengan jenis Kantung Semar di daerah lain. Daerah ini juga memiliki “Bunga Berastagi”, yang khas meski sederhana tapi cukup diminati.Jika Anda termasuk “pemburu bunga”, maka Berastagi adalah tempat yang pas untuk buruan Anda. Singgahlah di Jalan Jamin Ginting, kira-kira 1 kilometer sebelum tiba di Kota Berastagi dan..,”selamat berburu bunga”. Di sepanjang tepi jalan akan tampak berjejer jajaan bunga beraneka jenis, kualitas dan harga; mulai dari yang langka, impor, lokal, bahkan yang termurah sekalipun.
Bagaimana pula geliat bisnis bunga di sana? Geliat bisnis bunga ternyata mengalir tak seperti air. Mulus dan tanpa rintangan. Apalagi di wilayah Karo, bunga identik dengan souvenir. Tapi, sebenarnya anggapan itu pun tidak selamanya benar. Pasalnya, bunga, jika telah melekat di hati pengagumnya, ia akan tetap dicari. Sebab bunga adalah bunga. Konon, ia bisa memberi banyak arti dan kesan. Ada pula yang mengatakan bahwa bunga adalah simbol kehidupan.
“Aku bisa mengenal dan menggambarkan siapa engkau dari bunga yang kamu tanam di rumahmu,” ujar Selasa Ginting (57), salah satu pengusaha bunga di Jalan Jamin Ginting Berastagi, mengutip falsafah Cina.
BURUAN LOKAL
Kalau dulu, jenis bunga yang paling digemari adalah kaktus. Tapi kini mulai bergeser. “ Pembeli bukan sekadar membeli. Tapi, juga kolektor. Maka, tak heran jika mereka selalu mengikuti perkembangan-perkembangan terakhir,” kata Arihta Sembiring, pengusaha bunga lainnya.
Terakhir, yang paling sering dicari adalah bunga “filo”, sejenis bunga dengan daun yang beraneka warna: green dan red filo, filo silver, filo gergaji, black cardinal, red cerry dan sunlight filo. Sayangnya, bunga ini tergolong khusus untuk kolektor kelas menengah ke atas. Pasalnya, jenis bunga ini harus diimpor dari Thailand. Tak heran jika harganya pun lumayan mahal.
Selain filo, incaran lainnya adalah bunga jenis ‘anthorium”. “Yang paling diminati sekarang jenis ‘anthorium zamani’,” tambah Ginting. Selain itu, aglonema, dan kantung semar Sinabung dan Sibayak, yang tumbuh di sekitar perbukitan Gunung Sibayak dan Sinabung.“Menurut pengamatan saya, Kantung Semar Sinabung dan Sibayak juga memiliki daya tarik tersendiri. Pasalnya, meski setiap jenis bunga ini berbeda jebis dalam setiap wilayah, tapi jenis Sibayak dan Sinabung terbilang lebih menarik karena warna dan bentuknya yang khas,” ujar Ginting. Selain itu, bunga jenis ini juga hidup di sekitar hutan Deleng Lancuk, di tepian Danau Lau Kawar.
Ada lagi “Bunga Berastagi” yang memang hanya didapati di wilayah Karo. “Bunga ini menjadi semacam souvenir khas Karo. Paling tidak jenis ini wajib dibeli sebagai cindera mata,” ujar Arihta. Kebanyakan pembeli datang dari Medan dan kota lainnya.Meski demikian, jenis kaktus masih tetap favorit. Selain perawatan yang murah dan simpel, kaktus juga “memasyarakat”, tak pandang bulu. Artinya, kaktus milik semua kalangan. “Kaktus juga ‘bandel’. Daya tahan hidupnya kebal. Makanya sangat sesuai untuk mereka yang beraktivitas sibuk, tapi gemar merawat bunga,” ujar Ginting.
Arihta juga mengaku, pasaran kaktus masih tetap stabil. Artinya masih tetap dicari, khususnya kalangan pengusaha yang waktunya sedikit. “Perawatan kaktus cukup gampang memang. Asalkan ia tidak terkena sinar berlebihan dan jangan sampai terkena air, maka ia akan bertahan hidup dalam waktu lama,” jelasnya.
Bunga memang bukan memerlukan keahlian perawatan saja. Untuk merawat bunga, waktu adalah hal yang paling berharga. “Berikan perhatian khusus, jika tidak akan sia-sia,” kata Ginting. “Selanjutnya kita akan merasakan kenikmatannya.” Bagaimana dengan Anda?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar